Rabu, 21 November 2012

Pantai Boom Tuban



Menjelang sore kawasan wisata pantai Boom Tuban banyak di kunjungi wisatawan lokal, seperti yang terlihat hari ini, Selasa (14/08). Banyak warga sekitar yang memanfaatkan momen ngabuburit di kawasan wisata pantai boom dengan keluarga, kawan maupun dengan pasangannya, hanya sekedar jalan-jalan, olahraga skate board di taman ataupun menikmati sunset di bibir pantai.
Aktivitas masyarakat nelayan Tuban di sekitar pantai Boom menjelang sore sangat sibuk, banyak nelayan yang sedang mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk melaut malam hari nanti. Mulai berbenah jala dan membersihkan perahu menjadi tontonan yang menarik sambil menunggu adzan Magrib tiba.
Menjelang adzan Magrib tiba, banyak pedagang kaki lima di sekitar pantai Boom yang dimanfaatkan para pelancong sebagai jujugan untuk berbuka puasa.
Dengan harga tiket masuk yang tidak begitu mahal, 2500 per orang, pengunjung mendapat keindahan pemandangan yang tiada terkira di pantai Boom.




Terminal Tuban ini termasuk terminal baru, dan untuk terminal lamanya berada di kota juga dipinggir pantai.

Keistimewaan Terminal ini adalah letaknya yang pas diatas pantai dan sebagiannya berada diatas laut. (saya gak tahu, ini kelebihan atau kelemahan…. :-)   )

Dan Terminal baru ini letaknya lebih kepinggir kota dibandingkan dengan terminal Lama, Tetapi untuk fasilitas Terminal baru ini bisa dibilang lebih bagus dan lebih lengkap.

jadi bagi yang belum tahu dengan terminal baru tuban ini, bisa lihat2 photonya siapa tahu juga buat kenang2an.Wisata Bahari Lamongan, Rekreasi Hemat Satu Tempat.

Waduk Pacal Bojonegoro



Bojonegoro memiliki banyak obyek wisata yang menarik, biasanya dikunjungi oleh banyak orang di hari libur. Didukung dengan luas areal geografis yang baik dan baik dari pegunungan, Bojonegoro menjadi salah satu pemasok pariwisata daerah Jawa Timur. Memiliki banyak tempat-tempat wisata seperti wisata alam, wisata buatan, wisata budaya.
Bangunan Raksasa Peninggalan Belanda
Berbeda lagi dengan Waduk Pacal yang berada di 35 Km selatan wilayah Bojonegoro ini, merupakan bangunan peninggalan Belanda, tepatnya diresmikan sejak tahun 1933. Termasuk salah satu bangunan bersejarah berukuran raksasa yang masih berfungsi hingga kini. Tepatnya di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, bangunan yang kokoh dengan arsitektur khas jaman kolonial Belanda menjadi daya tarik utama Waduk Pacal. Tak hanya itu, perjalanan menuju lokasi waduk pacal juga merupakan daya tarik tersendiri. Jalanan membelah hutan jati dan tebing-tebing yang digunakan sebagai ladang masayarakat sekitarpun tak kalah mempesona.
Saat musim kemarau, sekitar waduk berubah fungsi menjadi ladang dan perkebunan bagi masayarakat setempat. Tanah merekah di sekitar menara waduk, seolah membawa ke dunia yang berbeda. Namun saat musim penghujan, air dalam jumlah besar membuat Waduk Pacal bagaikan danau yang sangat indah, dengan perbukitan dan pohon-pohon raksasa di sekitarnya.

Kayangan Api Bojonegoro dan Blukutuk



Nama Kayangan Api Adalah berupa sumber api yang tak kunjung padam yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem, sebuah desa yang memiliki kawasan hutan sekitar 42,29% dari luas desa. Menurut cerita, Kayangan Api adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pandhe berasal dari kerajaan Majapahit. Di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain.

Sumber Api, oleh masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan dan tayuban dengan menggunakan fending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani oleh siapapun. Dari berbagai sumber cerita, maka Kayangan Api yang letakya sekitar 25 km dari ibukota Bojonegoro dijadikan sebagai obyek wisata alam dan dijadikan tempat untuk upacara penting yakni Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro, ruwatan masal dan Wisuda Waranggono.

Bendungan Gerak Bojonegoro



Proyek pembangunan Bendung Gerak di atas Sungai Bengawan Solo itu memiliki keindahan tersendiri. Walaupun menonjolkan pesona alam objek sungai, tetapi Bendung Gerak yang dibangun sejak 5 Mei 2009 lalu banyak menarik perhatian warga dari dalam dan luar Bojonegoro.
“Saya baru tahu ada bangunan megah di atas Bengawan Solo,” Pembangunan Bendung Gerak yang dibangun sejak 5 Mei 2009 di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, kini telah mencapai 95%. Bendungan itu akan dimanfaatkan untuk persediaan air bagi pertanian dan industri di Bojonegoro dan sekitarnya.

“Setelah diresmikan nanti, kita akan menjadikan Bendung Gerak menjadi salah satu tujuan wisata,” ujar Staf Ahli Bupati Bojonegoro, Tedjo Sukmono.

Mantan Kepala Dinas Pengairan itu juga sependapat dengan keindahan bangunan Bendung Gerak. Saat ini, para pekerja masih terlihat masih merampungkan beberapa bagian bendungan dengan luas sekitar 1.841.752 meter. Bendungan itu diperkirakan mampu menampung persediaan air sebanyak 13 juta meter kubik dari daerah tangkapan air seluas sekitar 12.467 kilometer.

Menurut Tedjo, bendungan itu akan dimanfaatkan untuk persediaan air baku bagi irigasi pertanian di wilayah Kecamatan Kalitidu, Trucuk, Purwosari, Padangan, Ngraho, hingga di daerah Blora, Jawa Tengah.
Debit air yang ada di bendungan itu diperkirakan mencapai 5.850 liter per detik. Jumlah itu untuk mencukupi kebutuhan irigasi pertanian di wilayah Bojonegoro seluas 4.949 hektare dan di Blora seluas 665 hektare.

Selasa, 20 November 2012

BENDUNG GERAK WARU TURI

Bendung Gerak Waru Turi di Gampengrejo, Kediri, Jawa Timur, merupakan tempat wisata pertama yang dikunjung pada hari terakhir kami berada di Kediri, dengan menyusur Jalan Kediri – Purwosari di sisi Timur Kali Brantas. Setelah melaju sekitar 7 km meninggalkan Kota Kediri, mobil pun berbelok ke kiri pada GPS -7.763674,112.024992 menuju lokasi bendungan. Setelah membayar karcis, kami mengambil jalan ke kiri pada pertigaan setelah gardu pembayaran.
Deretan pintu air utama pada Bendung Gerak Waru Turi sepanjang 159 m ini digunakan sebagai pengendali air Kali Brantas untuk keperluan irigasi dan kemudian juga dimanfaatkan untuk taman wisata.